Minggu, 03 Februari 2013

Baru 5 langkah



02.02.2013 

Belum percaya bahwa akhirnya datang juga, hari dan waktu kita berpisah. Sedih? pastinya. Rasa itu sangat banyak, membuat hati  tak rela untuk pergi. Jalinan ini tak akan pernah terputus. Tunggu aku. Aku pasti akan kembali. Kembali dengan buah tangan untuk kalian. Cerita sukses untuk kalian. Keluarga di perantauan.

Salam rindu untuk kalian. Apakah kalian juga sama? Semoga. Tidak bertemu dengan kalian itu sudah biasa, namun tak akan pernah lagi menyapa kalian di pagi hari dengan ucapan “ assalamualaikum Pak, Assalamualaikum Bu..”, itu yang tidak biasa. Tak akan ada lagi ceckclock di pintu masuk. Tak kan ada lagi makan kue di pagi hari, tak kan ada lagi makan bersama dikantin, tak akan ada lagi makan bareng hari rabu. Itu tak akan pernah lagi ada. 

bersama mereka, keluarga baru.

Benci ‘Aku’!




26.01.2013
 
‘aku’. Aku benci kata itu
Aku benci kata itu ketika kamu yang mengatakannya
AKu benci ketika kamu yang mengungkapkannya
Aku benci ketika kamu yang mengagungkannya.

‘aku’. Kata egois yang selalu melekat padamu
Menjadikanmu bersahabat dengannya
Seolah kamu sempurna bersamanya.

‘Aku’. Bisakah kata itu berubah menjadi ‘kita’?
Antara kamu dan aku, bukan hanya kamu dan dia
Bukan aku iri. Hanya saja aku juga ingin dianggap, dianggap ada.

Dunia ini bukan hanya ada kamu
Dunia ini bukan hanya mengenai kamu.
Jadi berhentilah, berhentilah bicara dengan ‘aku’ mu
Karena masih ada ‘kita’.

Lagi rindu mereka. Jayanti, dan Tiwi.




 20:35 Wita. 02.02.2013 Malam. Sepi. Hangat


Kostan tumben sunyi, tak ada teriakan teman-teman terdengar. Hanya suara keyboard laptop ini yang menemani. Aku mencoba mengisi kesepian dengan memperbaiki folder dalam laptop. Lumayan rancuh sich. Ada file yang tersimpan bukan di tempat yang seharusnya.
File dokumen telah dirapikan. Sekarang giliran file foto dan video. Video download yang tak penting dihapus agar memori tidak penuh. Foto-foto difolderkan sesuai waktu, tempat dan situasinya. Prediksi awal, ini tidak akan lama, tapi nyatanya itu salah. Setiap foto yang terbuka dihadapanku membawaku melamun, mengenang kembali apa yang telah terjadi di masa lalu. Mengenang kenangan yang tak mungkin lagi terulang. Semua kenangan itu mengandung arti tersendiri. Ada yang sedih dan ada yang gembira. Ada yang suka dan ada yang duka. Hati ini galau dibuatnya.
Rindu!. Itu kesimpulannya. Rindu dengan teman-teman yang lain. Rindu bergosip ria, rindu bercanda bersama. rindu berbagi kisah bersama. Rindu! Rindu! Rindu! Rindu dengar music “Spirit”nya 2pm. Rindu dengar bersama lagunya Shayne Ward “ Stand by Me”, yang selalu setia menemani pagi hari kami, rindu gonggongan Bojesnya K’Meiske. Rindu! Rindu! Rindu!. 

bergaya *Clu Ibu Tiri n Upik Abu :D

Sabtu, 09 Juni 2012

Hidup Yang Tak Menarik


Malam berlalu begitu saja. Siang pun begitu. Tak ada aktivitas berarti yang aku lakukan selain makan, tidur, nonton dan mencuci. Mandi kadang dua hari sekali. Satu hari serasa sebulan. Semuanya berla;u tanpa ada makna yang kuperoleh. Untuk pertama kalinya aku merasa muak dengan hidup ini. Tak tahu apa yang harus aku lakukan sehingga hidup ini berarti. Hidup yang tak menarik.
Tayangan TV pun kini menjadi tak menarik bagiku. Aku terlalu bosan dengan tayangan yang ada. Berharap salah satu dari 40 channel yang ada dapat menghiburku namun ternyata tak ada. Serasa mau teriak. Teriak dengan sangat_sangat keras. Teriakan yang dapat membuatku semangat kembali.
Aku duduk di teras rumah. Menghirup angin malam yang ternyata sepi. Mencoba menikmati malam ini dengan sesuatu yang segar. Aku membanting-banting kepalaku di kursi santai berharap ada inspirasi merasuki ku namun itu sia-sia. Pikiranku masih melayang-layang diudara mencoba memecah kebuntuan. Bosan membanting kepala ke kursi, aku mengubahnya dengan arah yang berbeda. Kali ini aku menggeleng-gelenggkannya berharap lampu diatas kepalaku menyala lalu suaraku terdengar mengucapkan “aha.., aku ad aide!” tetapi itu semua tak terjadi. Aku masih buntu.

Senin, 21 Mei 2012

Bermandikan Minyak Panas


Cerita hari ini,cerita???_ah bukan!!! Bukan cerita melainkan musibah. Musibah hari ini berawal ketika aku hendak mengisi perutku. Perut yang sejak pagi terus saja bernyanyi. Ingin makan tapi makanan belum ada yang tersaji. Tante Mina yang selama ini menyiapkan makanan untuk penghuni rumah ini sedang tidak ada di rumah. Dia sedang berkunjung ke rumah keluarganya untuk beberapa hari. Aku sangat kelaparan.
Indomie yang masih terletak rapi di dalam kardusnya sama sekali tak berhasil menggodaku. Aku masih mencari penjanggal perut yang lain. Tiba-tiba mataku menangkap benda berwarna coklat berbentuk elips. Telur ayam! Itulah dia. Benda yang beberapa hari ini kuinginkan namun belum mampu kuraih. Ternyata itu baru saja dibeli dari toko depan kompleks.
Aku langsung mengambil telur dan bergegas menuju dapur. Setelah jariku memutar panel kompor ke arah kiri apinya pun berkobar. Kuletakkan wajan diatasnya lalu kutuangkan minyak di dalamnya. Tak berselang begitu lama minyaknya pun telah panas, lalu kuretakkan cangkang telur itu dan kutuangkan isinya ke dalam minyak panas. Suara gemercik minyak terdengar memecah keheningan di dapur.
Satu persatu telur itu matang tergoreng oleh minyak. Lalu aku menghidangkannya dengan piring kecil berwarna putih di atas meja. Sphageti hasil rebusan sebelumnya masih terletak segar di atas meja. Sayang rasanya jika itu harus terlewatkan. Cukup menambahkan saus pasta di atasnya maka ia akan menjadi makanan yang sedap_marsadap.
Aku kembali ke dapur. Kutuang minyak panas sisa penggorengan telur tadi ke dalam mangkuk. Minyak masih terlalu panas. Saking panasnya, minyak itu masih mengeluarkan suara anehnya_*isssss*_. Aku menuangkannya dengan sangat hati-hati khawatir akan mengenai tubuhku. Setelah semuanya tertuang aku menggantinya dengan minyak baru.
Letak mangkuk minyak panas itu terlihat berbahaya. Berada di ujung meja dapur yang rentan jatuh. Tak ada sedikitpun terlintas dalam benakku bahwa mangkuk itu akan meledak. Dengan santainya aku mengangkat mangkuk itu dengan kedua tanganku tanpa berlapiskan kain pelindung. Baru berjarak 5 cm dari tempat awalnya tiba-tiba terdengar suara retakan dan akhirnya_*bbomm*_ mangkuk itu meledak dan jatuh ke lantai. Minyak yang ada di dalamnya melumasi semua jari tangan kananku. Paha kanan dan paha kiriku juga tak dapat terhindar dari jipratan minyak itu. Aku melompat-lompat keperihan. Tanganku spontan bergerak mengikuti gerakan SUJU_*Mr. Simple*_. Suaraku terus saja menyuarakan keperihanku_*pedis,panas,perih*_. Aku berlari menuju kamar mandi. Kubasuh tangan dan kedua kakiku dengan air lalu kuoleskan pasta gigi di permukaannya. Bukan mengurangi perihnya melainkan menambahnya. Perihnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir namun terasa baru dimulai.
Aku meringkus diriku di dalam kamar seorang diri. Meringis kesakitan dan terus meringis. Tradisi tetaplah tradisi. Ketika kesakitan aku pasti mengadu pada ibu. Handphonku tak dapat kujangkau. Bergerak dari tempat tidur adalah satu-satunya cara untuk meraihnya tetapi kedua kakiku sangat sulit untuk digerakkan. Sedikit saja digerakkan maka akan meningkatkan tensi perihnya. Setelah beberapa menit berjuang akhirnya aku mampu menggenggamnya. Beruntung tangan kiriku tak terlumas_i minyak panas sehingga aku masih memiliki tools cadangan untuk bisa menekan keyboard handphone selain tangan kananku. 

Rabu, 16 Mei 2012

Just It Over


Terima kasih untuk semuanya. Sudah cukup jauh kau menemaniku. Mungkin sudah waktunya kita berpisah. Tapi sebelum kita benar-benar berpisah izinkan aku mengutarakan satu permintaan. Tolong jangan menghakimiku dengan kata-katamu itu karena kau belum tahu banyak mengenai diriku. Kau hanya mengetahui sedikit kulit luarku. Karena selama kita bersama kau hanya “meraba_ku”.
Memang aku tidak begitu cerdas menilai mana yang benar dan mana yang salah tetapi setidaknya aku sudah sangat cerdas menilai ini harus diakhiri. Sudah waktunya aku bergerak. Ke_diam_anku selama ini ternyata tak mampu membuatmu sadar akan apa yang kugelisahkan. Harus ada yang mengakhirinya jika ada memulainya. Biar aku saja yang mengakhirinya agar suatu hari kau tak menderita karena menyesali semuanya. Cukup aku yang merasakan sakitnya. Sakit yang kini akhirnya tak mampu aku tahan lagi. Semoga ini betul-betul akan berakhir dengan baik.